Kata ‘bekas’ identik menjadi sesuatu yang sudah lama, pernah digunakan, pernah berarti tapi sekarang sudah berkurang nilainya. Beberapa kali, ada informasi mengenai pengumpulan baju atau barang bekas yang masih layak dipakai dan hasilnya digunakan untuk pengumpulan dana dengan berbagai tujuan. Dan setiap ada informasi ini, saya menjadi salah satu pelaku yang mengobrak – abrik barang – barang di rumah yang memang sudah tidak digunakan dan tidak perlu disimpan.
Beberapa kali pula, saya mendatangi tempat jualan barang bekas dan mulai melihat – lihat mungkin ada barang yang membuat saya terkesan untuk membelinya. Dan seringnya, ada barang yang dibeli setelah iseng – iseng melihat walaupun barang tersebut telah dibuang oleh pemiliknya. Begitu pula dengan barang yang saya buang dan akhirnya menjadi milik orang lain.
Semua yang bekas bagi yang memilikinya mungkin sudah kurang bernilai, tapi bagi orang lain yang tertarik dan belum pernah merasakan kepunyaan akan barang tersebut, itu menjadi sesuatu yang baru yang masih layak untuk dicoba.
Di waktu yang berbeda, saya mulai berpikir tentang arti sebuah barang dengan label bekas. Arti sebuah nama dengan label bekas. Arti sebuah kenangan dengan label bekas. Mengapa kadang manusia melabelkan manusia lainnya dengan nilai yang sama seperti sebuah barang? Bukankah manusia berdiri di atas kakinya sendiri, walaupun saling berbagi tanah yang dipijak?
Saya berharap ketika kelak saya mengunjungi tempat jualan bekas, saya dapat lebih menemukan arti yang lebih mendalam dari hanya sebuah label. Ajari saya bagaimana melihat sesuatu tanpa label, tanpa embel, tapi lebih kepada manfaat dan kegunaannya, begitu pun di kehidupan sehari – hari yang tanpa disadari mempunyai label khusus.
-ie-