Jemari, bisakah kau ketuk sang hati untuk menemukan rasa terpendam?
~Lorongnya tertutup rapat tanpa celah, bersembunyi bersama remang.
Jemari, bisakah kau ketuk sang hati untuk membuang puing tanpa menyisakan ceceran?
~Kotak kenangannya sudah retak.
Jemari, bisakah kau ketuk sang hati untuk mengalunkan nada – nada yang lebih semangat?
~Nada dan iramanya minor, terdengar sayup.
Jemari, bisakah kau ketuk sang hati untuk kembali lagi bersentuhan dengan semesta?
~Dulu, ia sering bersandar di pohon, dedaunan sering menemani, kakinya menapak pantai dan senyumnya menghiasi semesta. Tapi ada apa sekarang? Pohon – pohon tak lagi dijadikan sandaran, dedaunan enggan bermesra bahkan ombak lautan asing.
Dari banyaknya tanda tanya, ia memilih ‘diam’, hargailah!
Keajaiban adalah penantian yang terjawab.
Saat tahun berganti, Semesta berbisik, ‘Sang hati masih menata kembali perasaan dan memperbaiki sel – sel yang telah tergerogoti di titik kritis. Tiada yang sia – sia untuk percaya keajaiban. Jemari sang hati akan menuai yang ditabur dan sebuah pengampunan memulihkan.’
#hanyadenganbelaskasih_Yesus
Bali 2019-2020
-ie-